Selasa, 10 Desember 2013

laporan tugas pengamatan anak yag suka mencari perhatian


LAPORAN PENGAMATAN TENTANG ANAK YANG SUKA MENCARI PERHATIAN



Oleh :

NININ NUR JANAH
NIM. 1105125009

















UNIVERSITAS MULAWARMAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN ANAK USIA DINI
SAMARINDA
2013


Segala puji bagi Allah, karena atas Izin-Nya lah penulis dapat menyelesaikan laporan pengamatan ini dalam tempo singkat dengan tepat waktu.
Makalah ini berisi tentang anak yang memiliki masalah yaitu senang mencari perhatian dari orang lain. Penulis menyadari akan banyaknya kekurangan dalam laporan observasi ini. Oleh sebab itu penulis memohon maaf apabila ada banyak kekurangan serta kesalahan dalam penulisan maupun isi yang tidak berkanan.


01 Desember 2013


                                                                                                Penulis


DAFTAR ISI
Halaman Judul

Kata Pengantar ..............................................................................................
i
Daftar isi ........................................................................................................
ii
BAB I PENDAHULUAN

A.     Latar Belakang .................................................................................
1
B.      Rumusan Masalah ............................................................................
1
C.      Tujuan Penulisan ..............................................................................
2


BAB II DASAR TEORI

A.    Anak yang Suka Mencari Perhatian ..................................................
3
B.     Jenis-jenis Cari Perhatian dan Macam Perhatian ...............................
4
C.     Cara Menangani Anak yang Suka Mencari Perhatian .......................
7


BAB III PEMBAHASAN

A.    Analisis ..............................................................................................
10
B.     Sintesis ..............................................................................................
10
C.     Diagnosis ...........................................................................................
11
D.    Prognosis ...........................................................................................
11


BAB III PENUTUP

A.     Kesimpulan .......................................................................................
12
B.      Saran .................................................................................................
12


DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................
13


BAB I
PENDAHULUAN
A.  Latar Belakang Masalah
     Anak merupakan anugerah yang harus dirawat dan dijaga dengan baik, anak ibarat selembar kertas putih yang mana orang tua dan lingkungannyalah yang memberikannya warna. Anak juga merupakan generasi yang kelak akan memegang bangsa ini natinya. Untuk itu sangat perlu untuk menanamkan kebiasaan-kebiasaan baik dan mengembangkan berbagai potensi anak sejak dini, hal lain yang juga tidak boleh terlupa adalah pendampingan anak dalam menuntaskan tugas perkembangan mereka di usia dini. Kebiasaan-kebiasaan baik tersebut diharapkan akan menjadi karakter yang melekat pada anak hingga dewasa, dalam hal ini orangtua dan lingkungan mempunyai peran penting dalam pembentukan karakter anak sejak dini. Entah anak tersebut nantinya akan memiliki karakter yang baik ataupun kurang baik, pola asuh serta pembiasaan dari orangtua dirumah yang menjadi patokan.
       Tak jarang banyak ditemui anak yang memiliki sifat pemarah, ringan tangan (suka memukul), cengeng dan suka mencari perhatian. Sebenarnya apa yang menyebabkan anak memiliki sifat-sifat seperti tersebut diatas? Apakah ada kelainan yang terjadi pada anak dengan sifat tersebut diatas? Saya pikir ini merupakan suatu kasus yang perlu untuk diangkat kepermukaan, oleh karena itu penulis meganggap penting utuk menulis laporan pengamatan mengenai anak yang suka mencari perhatian.

B.  Rumusan Masalah
       Dari latar belakang masalah diatas dapat dirumuskan masalah sebagai berikut :
1.      Bagaimanakah anak yang suka mencari perhatian?
2.      Apakah ada penyakit atau kelainan dengan ciri anak yang suka mencari perhatian?
3.      Bagaimana cara menangani anak yang suka mencari perhatian?
C.  Tujuan Penulisan
     Tujuan penulisan laporan pengamatan ini adalah untuk memenuhi tugas yang diberikan oleh dosen Bimbingan Konseling PAUD dan untuk mengetahui lebih mendalam mengenai anak yang suka mencari perhatian.


BAB II
LANDASAN TEORI

A.  Anak yang Suka Mencari Perhatian
       Anak-anak butuh perhatian dan persetujuan. Ini wajar. Namun, kebutuhan itu dapat menjadi masalah. Mencari perhatian dapat menjadi masalah kalau itu terjadi sepanjang waktu. Terkadang anak yang mencari perhatian untuk mendapatkan simpati orangtua malah membuahkan tragedi. Usaha cari perhatian yang keterlaluan akan menimbulkan suatu situasi di mana anak-anak akan menguasai kehidupan orang tua.( http://princess-shaura.blogspot.com/2012/02/mengurangi-perilaku-cari-perhatian.html)

      Menurut http://intisari-online.com/read/cara-cara-cari-perhatian Anak belajar banyak cara mencari perhatian pada usia satu sampai tiga tahun. Cara mencari perhatian itu bisa berbentuk perilaku buruk yang menuntut perhatian orangtua dan bahkan berisiko untuk dihukum. Minta perhatian terus-menerus dari orangtua yang sibuk atau lelah akan menjengkelkan dan anak bisa ditolak dalam bentuk dimarahi.
      Cara yang paling sering dilakukan anak-anak yang mencari perhatian adalah tidak mau makan, berteriak-teriak kalau dibawa ke ranjang, menolak berbaring, menolak duduk di toilet, menahan kencing dan buang air besar, sengaja buang air besar atau kecil di ranjang atau di kamar, membentur-benturkan kepala, mengeriut-ngeriutkan gigi, sakit perut, tidak berminat pada pelajaran sekolah, keras kepala berlebihan, dan sebagainya.
     Dikutip dari http://www.tabloid-nakita.com/read/1727/solusi-anak-suka-teriak-teriak bahwa anak prasekolah belajar dari lingkungan. Ketika lingkungan memberi respons "istimewa" saat ia melakukan cara tertentu, anak akan mengulanginya lagi. Sayang, karena biasanya respons yang berlebihan justru kita berikan saat anak berperilaku tidak menyenangkan, seperti bicara sambil teriak-teriak. Respons kita (marah-marah atau sekadar mendelikkan mata) akan membuatnya senang dan berniat mengulanginya.

B.  Jenis-jenis Cari Perhatian dan Macam Perhatian
       Persetujuan dan perhatian orang dewasa termasuk di antara imbalan-imbalan yang paling kuat bagi anak-anak. Ada tiga jenis perhatian yaitu, perhatian positif, perhatian negatif dan tiadanya perhatian. 
Kalau Anda memberi perhatian dan persetujuan kepada anak-anak Anda karena berperilaku sopan, mereka akan mendapatkan perhatian positif. Perhatian positif dapat berupa kata-kata pujian atau dorongan, keakraban.
Ketika Anda memberi perhatian kepada anak Anda karena kenakalannya, Anda akan memberikan perhatian negatif. Lazimnya dimulai ketika Anda menjadi marah. Anda mengikuti dengan ancaman-ancaman dan interogasi. Perhatian negatif merupakan suatu hadiah. Perhatian negatif tidak menghukum perbuatan nakal. Perhatian negatif meningkatkan kenakalan.
Jangan menganggap kelakuan baik memang sudah semestinya dilakukan. Biasanya kita bersikap seperti ini terhadap para remaja. Kita menganggap memang sudah semestinya mereka berperilaku baik. Kita tidak menghargai usaha-usaha mereka. Setiap orang dapat memergoki anak-anak yang sedang berperilaku negatif. http://princess-shaura.blogspot.com/2012/02/mengurangi-perilaku-cari-perhatian.html
       Sedangkan jenis-jenis mencari perhatian dikutip dari http://okalina.com/kenali-aneka-bentuk-cari-perhatian-anak-anda.php3 Cari Perhatian (carper) Ada yang menggemaskan, ada pula yang mengesalkan, bahkan juga membahayakan.
1. Carper menggemaskan
       Bentuk carper yang menggemaskan biasanya terkait dengan kemampuan anak yang baru ia kuasai dan ingin dipamerkan, seperti: memonyongkan mulut, berjoget dengan atau tanpa music, memicing-micingkan mata, menirukan gerakan-gerakan yang ia lihat di televise dan lainnya. Gerakan ini biasanya dilakukan dengan unik dan lucu shingga membuat kita tertawa, bertepuk tangan, bahkan berteriak. Jika keinginannya mendapatkan perhatian berhasil, ia akan terus melakukannya dan mengulanginya lagi di lain waktu. Wajar, kok! Selain karena diusia ini anak senang sekali bereksplorasi, juga ia mulai mampu merasakan, merespon, dan melakukan sesuatu untuk menarik perhatian orang lain.
       Suasana hati anak pun biasanya sedang senang, karena itu ia melakukannya dengan riang, tanpa ada beban, bahkan ketika orang tertawa ia pun akan ikut tertawa. Kecuali jika upayanya tidak berhasil, orang di sekelilingnya tampak biasa saja, anak bisa saja kesal bahkan ngambek dan tidak mau melakukannya lagi. Begitupun bilan kita malah mengejek,” kok, mulutnya dimonyong-monyongkan begitu, seperti monyet!”  ada dua hal yang dia lakukan, semakin carper atau langsung menghentikan perilaku carpernya.
 2. Carper menyakiti diri sendiri
       Untuk mendapatkan perhatian, anak rela menyakiti dirinya sendiri. Ia tidak segan menjatihkan dirinya ke lantai, berguling-guling, atau menjambak rambutnya sendiri. Ini bisa dikategorikan salah satu bentuk temoer tantrum anak. Ada dua jenis temper tantrum, yaitu manipulative dan temperamental. Perilaku menyakiti diri sendiri termasuk manipulative, sementara yang temperamental biasanya anak tidak sampai menyakiti diri sendiri hanya berteriak atau marah. Memang, bentuk temper tantrum bukan selamanya carper. Banyak di antaranya yang merupakan luapan emosi semata akibat ketidakpuasan atau ekesalan. Apapun alasannya kita tetap harus menangani dengan baik.
Antara manipulative dan temperamental saling terkait. Awalnya mungkin anak hanya berteriak-teriak dan menangis keras, tetapi karena tindakannya itu tidak berhasil menarik perhatian orangtuanya atau tidak memuaskan dirinya, bisa saja ia lalu menyakiti dirinya agar orangtuanya datang kepadanya, memenuhi keinginannya, memberikan perhatian kepadanya. Carper dengan perilaku temper tantrum ini biasanya karena situasi mentalnya sedang tidak enak; anak sedang kesal karena mainannya direbut, sedng letih, kesal karena keinginannya tidak dipenuhi, dan lainnya. Lalu, karena kemampuan komunikasinya masih terbatas sementara motoriknya sudah lebih berkembang, maka perilaku ini muncul dengan sendirinya.
3.  Carper menyakiti orang lain
       Perilaku menyakiti bisa dengan memukul, menjambak, mencubit,  menendang, dan lainnya. Si batita bisa melakukannya pada adik bayi, kakaknya, atau kita sendiri. Ini adalah sifat agresivitas anak yang wajar mengingat anak belum mampu mengomunikasikan sesuatu dengan baik, juga belum memahami betul apa yang boleh an tidak boleh dilakukan. Pada situasi tertentu ketika ada sesuatu yang tidak sesuai dengan keinginannya, seperti orangtua yang terlalu memperhatikan adik atau kakaknya, maka perilaku ini bisa muncul. Tujuan utamanya untuk memuaskan kekecewaan, kekesalan, dan kemarahannya.
       Beberapa factor dapat memperkuat perilaku ini,yaitu: anak memiliki keterbatasan kemampuan berkomunikasi dan sulit mengungkapkan keinginannya; meniru perilaku anak lain; cemburu kepada adik/kakaknya yang mendapat perhatian lebih; rasa kesal yang tidak bisa ditahan; perilaku mau menang sendiri; ada keinginannya yang tidak dipenuhi; atau marah karena barangnya dirusak orang lain. Meski perilaku ini bisa melepaskan emosi anak yang tertahan namun sebaiknya tidak boleh dibiarkan, karena dikhawatirkan akan membiasakan anak bersikap agresif sehingga menetap sampai dewasa. Tentu hal ini sangat tidak baik untuk pertumbuhan mental maupun kemampuan bersosialisasinya, karena kepribadian anak yang demikian sangat tidak disukai lingkungannya.




C.  Cara Menangani Anak yang Suka Mencari Perhatian
        Beberapa solsi utuk mengatasi anak yang suaka mencari perhatian oleh http://www.tabloid-nakita.com/read/1727/solusi-anak-suka-teriak-teriak. Tentu tidak ada masalah yang tidak punya jalan keluar. Untuk menghadapi anak yang masih suka bicara teriak-teriak, beberapa langkah ini dapat membantu:
* Beri pengertian.
          Tekankan pada anak bahwa tanpa berteriak pun dia akan mendapat perhatian dari orangtua dan orang di sekitarnya. “Sayang, enggak usah teriak-teriak gitu. Mama dengar kok.” Hindari kata-kata panjang lebar dan berkesan menasihati. Pengertian juga bisa diberikan lewat dongeng, bermain atau kegiatan lain yang menyenangkan.
* Introspeksi.
          Apakah selama ini ada anggota keluarga dewasa yang berkomunikasi dengan nada berteriak? Ajaklah yang bersangkutan menghilangkan kebiasaan bicara dengan nada tinggi kalau tak mau gaya ini ditiru anak.
* Jadi teladan.
          Pada intinya, bila ingin men-gubah cara bicara anak menjadi lebih manis, lemah lembut, dan lebih sopan, jadilah teladan baginya. Tak perlu membalas teriakannya dengan bicara keras pula. Mulailah dari diri kita untuk menurunkan volume suara. Tatap mata anak dan bicaralah dengan halus (sedikit berbisik) namun tegas. Dengan cara ini biasanya anak akan terdiam dan mulai mendengarkan suara kita, karena penasaran, “Apa nih yang sedang diomongin Mama, kok bisik-bisik?" Biasakan berkomunikasi dengan siapa pun termasuk dengan anak dalam volume suara sedang.
* Kecilkan volume teve, CD player, radio, dan lainnya.
          Ini yang terkadang tidak di-sadari, anak berteriak demi menyaingi suara lingkungan yang gaduh. Perhatikan perangkat audio visual di rumah, apakah kerap disetel dengan volume tinggi? Kalau ya, segera ciptakan suasana rumah yang tenang agar anak pun tidak perlu berteriak jika ingin bicara.
* Hindari keinginan balas berteriak.
          Mendengar si prasekolah berteriak bisa mendorong kita untuk balas berteriak, bukan? Reaksi ini wajar tetapi kurang bijaksana. Sekali lagi, berteriak untuk menghentikan teriakan anak, justru memicu kompetisi dan mengilhaminya untuk lebih meningkatkan volume teriakan. Anak juga membuat tindakan itu sebagai alasan, "Ayah Ibu juga teriak, masa aku enggak boleh!"
* Ajari anak mengatur volume bicaranya.
          Terkadang anak tidak dapat mengatur volume suaranya karena tidak ada masukan dari orang-orang di sekitarnya. Beri ia gambaran seperti apa volume suara yang tidak mengganggu lingkungan itu. Suara yang terdengar di dalam ruangan tentu berbeda dari yang di luar ruangan. Bantu anak menyadari hal itu dan mulai belajar “menyetel”volume suaranya sesuai tempat keberadaan.
* Abaikan.
          Kadang-kadang sikap mengabaikan diperlukan demi mengatasi anak yang mencari perhatian dengan berperilaku buruk. Jika sudah diberi tahu bahwa suara-nya amat menganggu, namun ia tetap bicara keras-keras, coba abaikan saja dia. Baru, sesudah ia mau menurunkan volume suaranya, kita tersenyum padanya dan memenuhi permintaannya. Ini akan mendorong anak untuk mengubah kebiasaan buruknya itu karena sadar ia hanya akan mendapat perhatiaan kala ia bicara dengan sopan.
* Ajarkan bagaimana menyelesaikan masalah secara positif.
          Di kala emosi tengah memuncak, terkadang kita memarahi anak dengan berteriak-teriak. Sungguh sangat ideal, bila kita dapat mengontrol emosi dan bisa menyelesaikan segala permasalahan dengan tenang, sehingga anak belajar dengan mencontoh cara menyelesaikan masalah tanpa sikap emosional.
* Permainan mengontrol suara.
          Ada beberapa permainan yang dapat membantu anak mengontrol suaranya, se-perti permainan saling bisik. Berikan satu kata yang harus disampaikan kepada temannya dengan cara berbisik. Begitulah, berbagai cara perlu kita coba untuk mengo-reksi perilaku anak yang suka berteriak-teriak ini, karena setiap anak adalah unik. Satu hal yang pasti, saat anak sudah menunjukkan perilaku yang kita inginkan, beri ia respons positif.


BAB III
PEMBAHASAN
A.    Analisis
       Dalam kasus yang diangkat dalam masalah ini anak yang diamati adalah seorang anak bernama Daffa, lahir pada tanggal 11 desember 2007 dan saat ini berusia kurang lebih 6 tahun yang sedang bersekolah di TK B Taman Kanak-kanak  Al-Azhar 3 di Samarinda. Daffa merupakan anak tunggal, kedua orangtuanya sibuk bekerja dan dikala siang hari jarang dapat menemani Daffa. Ibunya adalah seorang dosen di sebuah akademi keperawatan di Samarinda, dan sering berpegian keluar daerah. Sedangkan ayahnya merupakan pegawai negeri sipil di luar kota dan hanya pulang sebulan sekali. Dalam hal mendidik ibu Daffa sangat disiplin walaupun ibunya hanya memiliki kesempatan untuk mengajarnya saat malam tiba. Sehingga saat ini Daffa sudah mampu membaca, menulis, berhitunung, dan mengaji. Siang hari ketika orangtuanya tidak ada Daffa diasuh oleh neneknya,             Daffa termasuk anak yang dapat dikatakan anak rumahan, karena Daffa sangat jarang bermain diluar  diluar waktu sekolah. Sepulang sekolah Daffa hanya bermain didalam rumah atau tidur siang ditemani neneknnya, sehingga Daffa jarang bermain dengan teman-teman sebayanya. Maka dari itu Daffa yang tinggal didekat lingkungan kost penulis sering melakukan tindakan-tindakan mencari perhatian kepada para penghuni kost termasuk penulis. Seperti terkadang ketika berpapasan dengan penghuni kost Daffa tiba-tiba berteriak sambil berbicara tidak jelas, mengejek, bahkan memukul atau melemparkan sesuatu pada orang dihadapannya.

B.Sintesis
       Dari beberapa tindakan yang dilakukan oleh Daffa diatas dapat ditarik simpulan sementra bahwa Daffa termasuk anak yang mencari perhatian. Dan jenis cari perhatiannya termasuk cari perhatian yang menyakiti orang lain.



C.    Diagnosis
       Diduga perilaku suka mencari perhatian Daffa disebabkan karena Daffa ingin berteman dengan penghuni kost, karena Daffa jarang bermain dengan teman sebayanya maka dari itu Daffa ingin berkenalan atau berteman dengan orang dewasa yang kerap dilihatnya namun tidak tahu caranya. Selain itu orang tuanya juga hanya menyebut penghuni kost dengan sebutan mbak kost dan tidak mengajak Daffa untuk berkenalan atau beramah tamah.

D.    Prognosis

       Langkah awal yang diambil oleh penulis adalah mengajak Daffa bicara, walaupun dalam hal ini si anak lambat memberi respon, bahkan tak jarang si anak malah pergi begitu saja. Terkesan malu-malu. Selain itu ketika Daffa melakukan pemukulan atau tindakan-tindakan kekerasan penulis berupaya menasehati dengan perkataan yang lembut. Namun sesungguhnya tindakan yang paling tepat adalah tindakan yang dilakukan oleh orang tua ataupun neneknya sebagai pengasuh. Belakangan ini penulis mengamati bahwa Daffa sudah bermain dengan teman sebayanya, lebih sering anak-anak seusianya yang datang bermain kerumah Daffa. Sehingga terlihat jelas ketika para penghuni kost lewat atau berpapasan dengan Daffa dan temannya si Daffa ini tidak lagi bertingkah mencari perhatian. 
E.    Treatment

       Dalam hal ini treatment yang dilakukan oleh pengamat adalah dengan cara mengabaikan apabila si anak mencari perhatian melalui tindakan yang menyakiti orang lain, maupun dengan berteriak-teriak. Selain itu pengamat juga melakukan pendekatan apabila Daffa terlihat bermain sendiri, pengamat ikut bermain bersama Daffa sehingga pada akhirnya Daffa terbiasa dengan pengamat. Sekarang Daffa bisa mengontrol volume suaranya, terlhat dari caranya menyapa tidak dengan berteriak-teriak lagi dan dapat diajak bicara secara normal. Namun kebiasaan suka mencari perhatian si Daffa ini belum bisa dikatakan hilang sepenuhnya karena apabila penulis jarang bermain maupun mengobrol bersamanya, dan pengamat terlihat sedang bersama teman pengamat yang lain sesame orang dewasa, si Daffa ini mulai memanggil nama pengamat dengan suara keras, berteriak-teriak bahkan mengejek. Namun sesungguhnya tindakan yang paling tepat adalah tindakan yang dilakukan oleh orang tua ataupun neneknya sebagai pengasuh. Belakangan ini penulis mengamati bahwa Daffa sudah bermain dengan teman sebayanya, lebih sering anak-anak seusianya yang datang bermain kerumah Daffa. Hal tersebut menurut penulis mampu mengurangi tindakan cari perhatian Daffa, terlihat jelas ketika para penghuni kost lewat atau berpapasan dengan Daffa dan temannya si Daffa ini tidak lagi bertingkah mencari perhatian, melainkan asyik bermain dengan teman-temannya.


BAB IV
PENUTUP
A.    Kesimpulan
       Dari kasus yang diamati dalam makalah ini dapat disimpulkan bahwa penyebab perilaku suka mencari perhatian anak dapat dikarenakan anak butuh perhatian atau anak ingin berteman dengan orang yang lebih dewasa namun tidak mengerti caranya.

B.Saran
       Dalam menghadapi kasus anak mencari perhaian hendaknya dilihat terlebih dahulu apa penyebabnya, dan yang paling penting adalah tindakan dari orang tua untuk pengentasan masalah suka mencari perhatian ini.


DAFTAR PUSTAKA
       http://princess-shaura.blogspot.com/2012/02/mengurangi-perilaku-cari-perhatian.html (diakses pada 26 November 2013 pukul 09.00 Wita di Perpustakaan kota Samarinda)
       http://intisari-online.com/read/cara-cara-cari-perhatian (diakses pada 26 November 2013 pukul 09.05 Wita di Perpustakaan kota Samarinda)
       http://www.tabloid-nakita.com/read/1727/solusi-anak-suka-teriak-teriak (diakses pada 26 November 2013 pukul 09.15 Wita di Perpustakaan kota Samarinda)
Bryan Lask. 1991.  Memahami dan Mengatasi Masalah Anak Anda. Gramedia Pustaka : Jakarta.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar