LAPORAN
PENGAMATAN TENTANG ANAK YANG SUKA MENCARI PERHATIAN
Oleh :
NININ NUR JANAH
NIM. 1105125009
UNIVERSITAS
MULAWARMAN
FAKULTAS
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PROGRAM
STUDI S1 PENDIDIKAN ANAK USIA DINI
SAMARINDA
2013
Segala
puji bagi Allah, karena atas Izin-Nya lah penulis dapat menyelesaikan laporan
pengamatan ini dalam tempo singkat dengan tepat waktu.
Makalah ini berisi tentang anak yang
memiliki masalah yaitu senang mencari perhatian dari orang lain. Penulis
menyadari akan banyaknya kekurangan dalam laporan observasi ini. Oleh sebab itu
penulis memohon maaf apabila ada banyak kekurangan serta kesalahan dalam
penulisan maupun isi yang tidak berkanan.
01 Desember 2013
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
Judul
|
|
Kata
Pengantar ..............................................................................................
|
i
|
Daftar isi ........................................................................................................
|
ii
|
BAB I
PENDAHULUAN
|
|
A.
Latar Belakang .................................................................................
|
1
|
B.
Rumusan Masalah ............................................................................
|
1
|
C.
Tujuan Penulisan ..............................................................................
|
2
|
BAB II DASAR
TEORI
|
|
A.
Anak yang Suka Mencari
Perhatian ..................................................
|
3
|
B.
Jenis-jenis Cari Perhatian dan
Macam Perhatian ...............................
|
4
|
C.
Cara Menangani Anak yang Suka
Mencari Perhatian .......................
|
7
|
BAB III
PEMBAHASAN
|
|
A.
Analisis ..............................................................................................
|
10
|
B.
Sintesis ..............................................................................................
|
10
|
C.
Diagnosis ...........................................................................................
|
11
|
D.
Prognosis ...........................................................................................
|
11
|
BAB III
PENUTUP
|
|
A.
Kesimpulan .......................................................................................
|
12
|
B.
Saran .................................................................................................
|
12
|
DAFTAR
PUSTAKA ...................................................................................
|
13
|
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang Masalah
Anak
merupakan anugerah yang harus dirawat dan dijaga dengan baik, anak ibarat
selembar kertas putih yang mana orang tua dan lingkungannyalah yang
memberikannya warna. Anak juga merupakan generasi yang kelak akan memegang
bangsa ini natinya. Untuk itu sangat perlu untuk menanamkan kebiasaan-kebiasaan
baik dan mengembangkan berbagai potensi anak sejak dini, hal lain yang juga
tidak boleh terlupa adalah pendampingan anak dalam menuntaskan tugas perkembangan
mereka di usia dini. Kebiasaan-kebiasaan baik tersebut diharapkan akan menjadi
karakter yang melekat pada anak hingga dewasa, dalam hal ini orangtua dan
lingkungan mempunyai peran penting dalam pembentukan karakter anak sejak dini.
Entah anak tersebut nantinya akan memiliki karakter yang baik ataupun kurang
baik, pola asuh serta pembiasaan dari orangtua dirumah yang menjadi patokan.
Tak
jarang banyak ditemui anak yang memiliki sifat pemarah, ringan tangan (suka
memukul), cengeng dan suka mencari perhatian. Sebenarnya apa yang menyebabkan
anak memiliki sifat-sifat seperti tersebut diatas? Apakah ada kelainan yang
terjadi pada anak dengan sifat tersebut diatas? Saya pikir ini merupakan suatu
kasus yang perlu untuk diangkat kepermukaan, oleh karena itu penulis meganggap
penting utuk menulis laporan pengamatan mengenai anak yang suka mencari
perhatian.
B.
Rumusan
Masalah
Dari latar
belakang masalah diatas dapat dirumuskan masalah sebagai berikut :
1. Bagaimanakah
anak yang suka mencari perhatian?
2. Apakah ada
penyakit atau kelainan dengan ciri anak yang suka mencari perhatian?
3. Bagaimana
cara menangani anak yang suka mencari perhatian?
C. Tujuan Penulisan
Tujuan
penulisan laporan pengamatan ini adalah untuk memenuhi tugas yang diberikan
oleh dosen Bimbingan Konseling PAUD dan untuk mengetahui lebih mendalam
mengenai anak yang suka mencari perhatian.
BAB II
LANDASAN TEORI
A.
Anak yang
Suka Mencari Perhatian
Anak-anak butuh perhatian dan persetujuan. Ini wajar. Namun, kebutuhan
itu dapat menjadi masalah. Mencari perhatian dapat menjadi masalah kalau itu
terjadi sepanjang waktu. Terkadang anak yang mencari perhatian untuk
mendapatkan simpati orangtua malah membuahkan
tragedi. Usaha cari perhatian yang keterlaluan akan menimbulkan suatu situasi
di mana anak-anak akan menguasai kehidupan orang tua.( http://princess-shaura.blogspot.com/2012/02/mengurangi-perilaku-cari-perhatian.html)
Menurut http://intisari-online.com/read/cara-cara-cari-perhatian Anak belajar
banyak cara mencari perhatian pada usia satu sampai tiga tahun. Cara mencari
perhatian itu bisa berbentuk perilaku buruk yang menuntut perhatian orangtua
dan bahkan berisiko untuk dihukum. Minta perhatian terus-menerus dari orangtua
yang sibuk atau lelah akan menjengkelkan dan anak bisa ditolak dalam bentuk
dimarahi.
Cara yang
paling sering dilakukan anak-anak yang mencari perhatian adalah tidak mau
makan, berteriak-teriak kalau dibawa ke ranjang, menolak berbaring, menolak
duduk di toilet, menahan kencing dan buang air besar, sengaja buang air besar
atau kecil di ranjang atau di kamar, membentur-benturkan kepala,
mengeriut-ngeriutkan gigi, sakit perut, tidak berminat pada pelajaran sekolah,
keras kepala berlebihan, dan sebagainya.
Dikutip dari http://www.tabloid-nakita.com/read/1727/solusi-anak-suka-teriak-teriak bahwa anak prasekolah belajar
dari lingkungan. Ketika lingkungan memberi respons "istimewa" saat ia
melakukan cara tertentu, anak akan mengulanginya lagi. Sayang, karena biasanya
respons yang berlebihan justru kita berikan saat anak berperilaku tidak
menyenangkan, seperti bicara sambil teriak-teriak. Respons kita (marah-marah
atau sekadar mendelikkan mata) akan membuatnya senang dan berniat
mengulanginya.
B.
Jenis-jenis
Cari Perhatian dan Macam Perhatian
Persetujuan dan perhatian orang
dewasa termasuk di antara imbalan-imbalan yang paling kuat bagi anak-anak. Ada
tiga jenis perhatian yaitu, perhatian positif, perhatian negatif dan tiadanya
perhatian.
Kalau Anda memberi perhatian dan persetujuan kepada
anak-anak Anda karena berperilaku sopan, mereka akan mendapatkan perhatian
positif. Perhatian positif dapat berupa kata-kata pujian atau dorongan,
keakraban.
Ketika Anda memberi perhatian kepada anak Anda
karena kenakalannya, Anda akan memberikan perhatian negatif. Lazimnya dimulai
ketika Anda menjadi marah. Anda mengikuti dengan ancaman-ancaman dan
interogasi. Perhatian negatif merupakan suatu hadiah. Perhatian negatif tidak
menghukum perbuatan nakal. Perhatian negatif meningkatkan kenakalan.
Jangan
menganggap kelakuan baik memang sudah semestinya dilakukan. Biasanya kita
bersikap seperti ini terhadap para remaja. Kita menganggap memang sudah
semestinya mereka berperilaku baik. Kita tidak menghargai usaha-usaha mereka.
Setiap orang dapat memergoki anak-anak yang sedang berperilaku negatif. http://princess-shaura.blogspot.com/2012/02/mengurangi-perilaku-cari-perhatian.html
Sedangkan jenis-jenis
mencari perhatian dikutip dari http://okalina.com/kenali-aneka-bentuk-cari-perhatian-anak-anda.php3 Cari Perhatian (carper) Ada yang menggemaskan, ada pula yang
mengesalkan, bahkan juga membahayakan.
1. Carper menggemaskan
Bentuk carper yang
menggemaskan biasanya terkait dengan kemampuan anak yang baru ia kuasai dan
ingin dipamerkan, seperti: memonyongkan mulut, berjoget dengan atau tanpa
music, memicing-micingkan mata, menirukan gerakan-gerakan yang ia lihat di
televise dan lainnya. Gerakan ini biasanya dilakukan dengan unik dan lucu
shingga membuat kita tertawa, bertepuk tangan, bahkan berteriak. Jika
keinginannya mendapatkan perhatian berhasil, ia akan terus melakukannya dan
mengulanginya lagi di lain waktu. Wajar, kok! Selain karena diusia ini anak
senang sekali bereksplorasi, juga ia mulai mampu merasakan, merespon, dan
melakukan sesuatu untuk menarik perhatian orang lain.
Suasana hati anak pun
biasanya sedang senang, karena itu ia melakukannya dengan riang, tanpa ada
beban, bahkan ketika orang tertawa ia pun akan ikut tertawa. Kecuali jika
upayanya tidak berhasil, orang di sekelilingnya tampak biasa saja, anak bisa
saja kesal bahkan ngambek dan tidak mau melakukannya lagi. Begitupun bilan kita
malah mengejek,†kok, mulutnya dimonyong-monyongkan begitu, seperti monyet!â€Ã‚ ada dua
hal yang dia lakukan, semakin carper atau langsung menghentikan perilaku
carpernya.
2. Carper menyakiti diri sendiri
Untuk mendapatkan perhatian,
anak rela menyakiti dirinya sendiri. Ia tidak segan menjatihkan dirinya ke
lantai, berguling-guling, atau menjambak rambutnya sendiri. Ini bisa
dikategorikan salah satu bentuk temoer tantrum anak. Ada dua jenis temper
tantrum, yaitu manipulative dan temperamental. Perilaku menyakiti diri sendiri
termasuk manipulative, sementara yang temperamental biasanya anak tidak sampai
menyakiti diri sendiri hanya berteriak atau marah. Memang, bentuk temper
tantrum bukan selamanya carper. Banyak di antaranya yang merupakan luapan emosi
semata akibat ketidakpuasan atau ekesalan. Apapun alasannya kita tetap harus
menangani dengan baik.
Antara manipulative dan temperamental saling terkait.
Awalnya mungkin anak hanya berteriak-teriak dan menangis keras, tetapi karena
tindakannya itu tidak berhasil menarik perhatian orangtuanya atau tidak
memuaskan dirinya, bisa saja ia lalu menyakiti dirinya agar orangtuanya datang
kepadanya, memenuhi keinginannya, memberikan perhatian kepadanya. Carper dengan
perilaku temper tantrum ini biasanya karena situasi mentalnya sedang tidak
enak; anak sedang kesal karena mainannya direbut, sedng letih, kesal karena
keinginannya tidak dipenuhi, dan lainnya. Lalu, karena kemampuan komunikasinya
masih terbatas sementara motoriknya sudah lebih berkembang, maka perilaku ini
muncul dengan sendirinya.
3. Carper
menyakiti orang lain
Perilaku menyakiti bisa
dengan memukul, menjambak, mencubit, menendang,
dan lainnya. Si batita bisa melakukannya pada adik bayi, kakaknya, atau kita
sendiri. Ini adalah sifat agresivitas anak yang wajar mengingat anak belum
mampu mengomunikasikan sesuatu dengan baik, juga belum memahami betul apa yang
boleh an tidak boleh dilakukan. Pada situasi tertentu ketika ada sesuatu yang
tidak sesuai dengan keinginannya, seperti orangtua yang terlalu memperhatikan
adik atau kakaknya, maka perilaku ini bisa muncul. Tujuan utamanya untuk
memuaskan kekecewaan, kekesalan, dan kemarahannya.
Beberapa factor dapat
memperkuat perilaku ini,yaitu: anak memiliki keterbatasan kemampuan
berkomunikasi dan sulit mengungkapkan keinginannya; meniru perilaku anak lain;
cemburu kepada adik/kakaknya yang mendapat perhatian lebih; rasa kesal yang
tidak bisa ditahan; perilaku mau menang sendiri; ada keinginannya yang tidak
dipenuhi; atau marah karena barangnya dirusak orang lain. Meski perilaku ini
bisa melepaskan emosi anak yang tertahan namun sebaiknya tidak boleh dibiarkan,
karena dikhawatirkan akan membiasakan anak bersikap agresif sehingga menetap
sampai dewasa. Tentu hal ini sangat tidak baik untuk pertumbuhan mental maupun
kemampuan bersosialisasinya, karena kepribadian anak yang demikian sangat tidak
disukai lingkungannya.
C.
Cara
Menangani Anak yang Suka Mencari Perhatian
Beberapa solsi utuk mengatasi anak yang
suaka mencari perhatian oleh http://www.tabloid-nakita.com/read/1727/solusi-anak-suka-teriak-teriak.
Tentu tidak ada masalah yang tidak punya
jalan keluar. Untuk menghadapi anak yang masih suka bicara teriak-teriak,
beberapa langkah ini dapat membantu:
* Beri pengertian.
Tekankan pada anak bahwa tanpa
berteriak pun dia akan mendapat perhatian dari orangtua dan orang di
sekitarnya. “Sayang, enggak usah teriak-teriak gitu. Mama dengar kok.” Hindari
kata-kata panjang lebar dan berkesan menasihati. Pengertian juga bisa diberikan
lewat dongeng, bermain atau kegiatan lain yang menyenangkan.
* Introspeksi.
Apakah selama ini ada anggota keluarga
dewasa yang berkomunikasi dengan nada berteriak? Ajaklah yang bersangkutan
menghilangkan kebiasaan bicara dengan nada tinggi kalau tak mau gaya ini ditiru
anak.
* Jadi teladan.
Pada intinya, bila ingin men-gubah
cara bicara anak menjadi lebih manis, lemah lembut, dan lebih sopan, jadilah
teladan baginya. Tak perlu membalas teriakannya dengan bicara keras pula.
Mulailah dari diri kita untuk menurunkan volume suara. Tatap mata anak dan
bicaralah dengan halus (sedikit berbisik) namun tegas. Dengan cara ini biasanya
anak akan terdiam dan mulai mendengarkan suara kita, karena penasaran, “Apa nih
yang sedang diomongin Mama, kok bisik-bisik?" Biasakan berkomunikasi
dengan siapa pun termasuk dengan anak dalam volume suara sedang.
* Kecilkan volume teve,
CD player, radio, dan lainnya.
Ini yang terkadang tidak di-sadari,
anak berteriak demi menyaingi suara lingkungan yang gaduh. Perhatikan perangkat
audio visual di rumah, apakah kerap disetel dengan volume tinggi? Kalau ya,
segera ciptakan suasana rumah yang tenang agar anak pun tidak perlu berteriak
jika ingin bicara.
* Hindari keinginan
balas berteriak.
Mendengar si prasekolah berteriak bisa
mendorong kita untuk balas berteriak, bukan? Reaksi ini wajar tetapi kurang
bijaksana. Sekali lagi, berteriak untuk menghentikan teriakan anak, justru
memicu kompetisi dan mengilhaminya untuk lebih meningkatkan volume teriakan.
Anak juga membuat tindakan itu sebagai alasan, "Ayah Ibu juga teriak, masa
aku enggak boleh!"
* Ajari anak mengatur
volume bicaranya.
Terkadang anak tidak dapat mengatur
volume suaranya karena tidak ada masukan dari orang-orang di sekitarnya. Beri
ia gambaran seperti apa volume suara yang tidak mengganggu lingkungan itu.
Suara yang terdengar di dalam ruangan tentu berbeda dari yang di luar ruangan.
Bantu anak menyadari hal itu dan mulai belajar “menyetel”volume suaranya sesuai
tempat keberadaan.
* Abaikan.
Kadang-kadang sikap mengabaikan
diperlukan demi mengatasi anak yang mencari perhatian dengan berperilaku buruk.
Jika sudah diberi tahu bahwa suara-nya amat menganggu, namun ia tetap bicara
keras-keras, coba abaikan saja dia. Baru, sesudah ia mau menurunkan volume
suaranya, kita tersenyum padanya dan memenuhi permintaannya. Ini akan mendorong
anak untuk mengubah kebiasaan buruknya itu karena sadar ia hanya akan mendapat
perhatiaan kala ia bicara dengan sopan.
* Ajarkan bagaimana
menyelesaikan masalah secara positif.
Di kala emosi tengah memuncak,
terkadang kita memarahi anak dengan berteriak-teriak. Sungguh sangat ideal,
bila kita dapat mengontrol emosi dan bisa menyelesaikan segala permasalahan
dengan tenang, sehingga anak belajar dengan mencontoh cara menyelesaikan
masalah tanpa sikap emosional.
* Permainan mengontrol
suara.
Ada
beberapa permainan yang dapat membantu anak mengontrol suaranya, se-perti
permainan saling bisik. Berikan satu kata yang harus disampaikan kepada
temannya dengan cara berbisik. Begitulah, berbagai cara perlu kita coba untuk
mengo-reksi perilaku anak yang suka berteriak-teriak ini, karena setiap anak
adalah unik. Satu hal yang pasti, saat anak sudah menunjukkan perilaku yang
kita inginkan, beri ia respons positif.
BAB III
PEMBAHASAN
A.
Analisis
Dalam kasus yang diangkat dalam masalah
ini anak yang diamati adalah seorang anak bernama Daffa, lahir pada tanggal 11
desember 2007 dan saat ini berusia kurang lebih 6 tahun yang sedang bersekolah
di TK B Taman Kanak-kanak Al-Azhar 3 di
Samarinda. Daffa merupakan anak tunggal, kedua orangtuanya sibuk bekerja dan
dikala siang hari jarang dapat menemani Daffa. Ibunya adalah seorang dosen di
sebuah akademi keperawatan di Samarinda, dan sering berpegian keluar daerah.
Sedangkan ayahnya merupakan pegawai negeri sipil di luar kota dan hanya pulang
sebulan sekali. Dalam hal mendidik ibu Daffa sangat disiplin walaupun ibunya
hanya memiliki kesempatan untuk mengajarnya saat malam tiba. Sehingga saat ini
Daffa sudah mampu membaca, menulis, berhitunung, dan mengaji. Siang hari ketika
orangtuanya tidak ada Daffa diasuh oleh neneknya, Daffa termasuk anak yang dapat dikatakan anak rumahan,
karena Daffa sangat jarang bermain diluar
diluar waktu sekolah. Sepulang sekolah Daffa hanya bermain didalam rumah
atau tidur siang ditemani neneknnya, sehingga Daffa jarang bermain dengan
teman-teman sebayanya. Maka dari itu Daffa yang tinggal didekat lingkungan kost
penulis sering melakukan tindakan-tindakan mencari perhatian kepada para
penghuni kost termasuk penulis. Seperti terkadang ketika berpapasan dengan
penghuni kost Daffa tiba-tiba berteriak sambil berbicara tidak jelas, mengejek,
bahkan memukul atau melemparkan sesuatu pada orang dihadapannya.
B.Sintesis
Dari
beberapa tindakan yang dilakukan oleh Daffa diatas dapat ditarik simpulan sementra
bahwa Daffa termasuk anak yang mencari perhatian. Dan jenis cari perhatiannya
termasuk cari perhatian yang menyakiti orang lain.
C.
Diagnosis
Diduga
perilaku suka mencari perhatian Daffa disebabkan karena Daffa ingin berteman
dengan penghuni kost, karena Daffa jarang bermain dengan teman sebayanya maka
dari itu Daffa ingin berkenalan atau berteman dengan orang dewasa yang kerap
dilihatnya namun tidak tahu caranya. Selain itu orang tuanya juga hanya
menyebut penghuni kost dengan sebutan mbak kost dan tidak mengajak Daffa untuk
berkenalan atau beramah tamah.
D.
Prognosis
Langkah awal yang diambil oleh penulis
adalah mengajak Daffa bicara, walaupun dalam hal ini si anak lambat memberi
respon, bahkan tak jarang si anak malah pergi begitu saja. Terkesan malu-malu.
Selain itu ketika Daffa melakukan pemukulan atau tindakan-tindakan kekerasan
penulis berupaya menasehati dengan perkataan yang lembut. Namun sesungguhnya
tindakan yang paling tepat adalah tindakan yang dilakukan oleh orang tua
ataupun neneknya sebagai pengasuh. Belakangan ini penulis mengamati bahwa Daffa
sudah bermain dengan teman sebayanya, lebih sering anak-anak seusianya yang
datang bermain kerumah Daffa. Sehingga terlihat jelas ketika para penghuni kost
lewat atau berpapasan dengan Daffa dan temannya si Daffa ini tidak lagi
bertingkah mencari perhatian.
E. Treatment
Dalam hal ini treatment yang dilakukan
oleh pengamat adalah dengan cara mengabaikan apabila si anak mencari perhatian
melalui tindakan yang menyakiti orang lain, maupun dengan berteriak-teriak.
Selain itu pengamat juga melakukan pendekatan apabila Daffa terlihat bermain
sendiri, pengamat ikut bermain bersama Daffa sehingga pada akhirnya Daffa
terbiasa dengan pengamat. Sekarang Daffa bisa mengontrol volume suaranya,
terlhat dari caranya menyapa tidak dengan berteriak-teriak lagi dan dapat
diajak bicara secara normal. Namun kebiasaan suka mencari perhatian si Daffa
ini belum bisa dikatakan hilang sepenuhnya karena apabila penulis jarang
bermain maupun mengobrol bersamanya, dan pengamat terlihat sedang bersama teman
pengamat yang lain sesame orang dewasa, si Daffa ini mulai memanggil nama
pengamat dengan suara keras, berteriak-teriak bahkan mengejek. Namun
sesungguhnya tindakan yang paling tepat adalah tindakan yang dilakukan oleh
orang tua ataupun neneknya sebagai pengasuh. Belakangan ini penulis mengamati
bahwa Daffa sudah bermain dengan teman sebayanya, lebih sering anak-anak
seusianya yang datang bermain kerumah Daffa. Hal tersebut menurut penulis mampu
mengurangi tindakan cari perhatian Daffa, terlihat jelas ketika para penghuni
kost lewat atau berpapasan dengan Daffa dan temannya si Daffa ini tidak lagi
bertingkah mencari perhatian, melainkan asyik bermain dengan teman-temannya.
BAB IV
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Dari kasus yang diamati dalam makalah ini
dapat disimpulkan bahwa penyebab perilaku suka mencari perhatian anak dapat
dikarenakan anak butuh perhatian atau anak ingin berteman dengan orang yang
lebih dewasa namun tidak mengerti caranya.
B.Saran
Dalam menghadapi kasus anak mencari
perhaian hendaknya dilihat terlebih dahulu apa penyebabnya, dan yang paling
penting adalah tindakan dari orang tua untuk pengentasan masalah suka mencari
perhatian ini.
DAFTAR PUSTAKA
http://princess-shaura.blogspot.com/2012/02/mengurangi-perilaku-cari-perhatian.html (diakses pada 26 November 2013 pukul
09.00 Wita di Perpustakaan kota Samarinda)
http://intisari-online.com/read/cara-cara-cari-perhatian (diakses pada 26 November 2013 pukul
09.05 Wita di Perpustakaan kota Samarinda)
http://www.tabloid-nakita.com/read/1727/solusi-anak-suka-teriak-teriak (diakses pada 26 November 2013 pukul
09.15 Wita di Perpustakaan kota Samarinda)
Bryan Lask. 1991.
Memahami dan Mengatasi Masalah Anak Anda. Gramedia Pustaka : Jakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar