Laporan
Pengamatan Anak Yang Suka Mengompol
Oleh
:
Maria Ulfah
NIM. 1105125003
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MULAWARMAN
SAMARINDA
2013
KATA PENGANTAR
Segala
puji bagi Allah, karena atas Izin-Nya lah penulis dapat menyelesaikan makalah
yang berjudul laporan pengamatan pengamatan terhadap anak yang suka mengompol dalam
tempo singkat dengan tepat waktu.
Makalah ini berisi tentang bagaimana
anak yang suka mengompol, faktor yang menyebabkan anak suka mengompol dan
bagaimana cara mengatasi anak yang suka mengompol. Penulis menyadari akan
banyaknya kekurangan dalam makalah ini. Oleh sebab itu penulis memohon maaf
apabila ada banyak kekurangan serta kesalahan dalam penulisan maupun isi
makalah yang tidak berkanan.
9 Desember 2013
Penulis
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Sebagai orang tua dan pendidik tentu sering mengalami rasa cemas atau
khawatir karena memikirkan anak. Adakalanya kekhawatiran itu kecil, tidak
berarti, dan kemudian hilang dengan sendirinya; namun adakalanya kekhawatiran
itu lebih serius sifatnya. Tentu saja sangat aneh bila pendidik dan orang tua
tidak pernah merasa khawatir terhadap anak. Mungkin terasa melegakan bila kita
mengetahui bahwa anak-anak lain mengalami masalah yang sama seperti anak lain
yang kita hadapi dan orang tua mengalami kekehawatiran yang sama.
Mendidik anak merupakan sebuah pengalaman yang rumit
dan melelahkan, namun juga dapat menyenangkan dan sangat bermanfaat. Ironisnya,
meskipun kenyataan itu merupakan salah satu pekerjaan paling penting yang
pernah dikerjakan, namun pengakuan itu tidak pernah diberikan orang, dan
praktisnya tidak ada pelatihan yang tersedia.
Sejak awal kehidupan, berbagai masalah emosional dan
prilaku anak dapat terjadi. Itu dapat sangat membingungkan anak-anak maupun
orang tua mereka. Biasanya itu hanyalah bagian normal dari perkembangan anak,
orang tua pun menanganinya secara wajar, dan kemudian menghilang dengan
sendirinya. Tentunya banyak masalah yang dihadapi dalam mendidik anak usia
dini. Mulai dari masalah-masalah yang sebenarnya di anggap beberapa orang tua
sederhana padahal itu adalah masalah yang serius dan harus segera di tangani.
jika tidak maka akan berkelanjutan hingga besar. contoh masalah yang paling di
anggap sederhana oleh orang tua yaitu mengasuhkan anak mereka dengan baby
sitter dan mempercayakan semua perkembangan sosial emosional mereka kepada baby
sitter. Padahal mereka tidak mengetahui akibat yang akan ditimbulkan dari pola
pengasuhan baby sitter tersebut.
Belum lagi masalah orang tua yang kadang
menyepelekan masalah sederhan-sederhana seperti masalah makan, masalah tidur,
masalah melatih buang air (kecil dan besar), masalah kebiasaan-kebiasan yang
dilakukan yang dianggap wajar oleh para orang tua padahal itu berakibat buruk
ketika ia beranjak besar, prilaku agresif anak, kecemasaan dan ketakutan,
kenakalan, berbohong, kesulitan belajar, berkhayal dan masih banyak lagi
masalah yang lain.
Dalam mata kuliah Bimbingan
Konseling untuk Anak Usia Dini, masalah yang timbul bukan hanya dari sosial
anak saja tetapi juga dirinya. Untuk itu saya mengangkat masalah pada anak
tentang diri sendiri, karena kebanyakan orang tua yang menyepelekan hal ini
yaitu tentang bagaimna mengatasi anak yang suka mengompol baik di sekolah
maupun di rumah. Oleh karena itu penulis mengangap penting untuk menulis laporan pengamatan mengenai anak yang
suka mengompol.
B. Rumusan Masalah
Dari
latar belakang masalah diatas dapat dirumuskan masalah sebagai berikut :
a. Mengapa
anak-anak suka mengompol baik di sekolah mapun ditempat tidur ?
b. Kapankah
memulai melatih buang air untuk anak ?
c. Bagaimana
cara mengatasi anak yang sering mengompol ?
C. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan laporan pengamatan ini
adalah :
a.
Untuk memenuhi
tugas yang diberikan oleh dosen Bimbingan Konseling PAUD
b.
Mengetahui penyebab
dari anak suka mengompol
c.
Mengetahui
bagaimana cara mengatasi anak yang suka mengompol.
BAB II
LANDASAN
TEORI
A.
Anak-
anak yang mengompol
Sangat mengherankan bahwa
kebiasaan-kebiasaan yang tampaknya begitu alami, seperti buang air dapat menimbulkan
begitu banyak kesulitan. Kesulitan dalam melatih buang air pada anak usia dini
dapat menyebabkan ia sering mengompol baik di saat tidur siang hari mapaun di
malam hari, di saat bermain dan di tempat-tempat yang mebuatnya merasa takut.
Meski sudah memakai pampers, bukan berarti balita terus
dibiasakan buang air kecil di celana. Karena tidak mungkin juga dia bisa
memakainya hingga besar nanti. Balita juga perlu belajar untuk tidak ngompol.
Mengompol atau ngompol bukan saja
bisa terjadi di rumah, tapi bisa juga terjadi ketika anak di sekolah. Kebiasaan
mengompol ini harus segera diatasi karena kalau dibiarkan dapat membuat anak
merasa minder dan malu. Rasa minder, malu dan sedih ini dapat menyebabkan
masalah – masalah baru misalnya saja anak menjadi bahan olokan teman – teman
sekolahnya, merasa kurang percaya diri berada diantara teman – temannya, tidak
bisa menginap di rumah saudaranya atau ikut kegiatan berkemah dengan teman –
temannya. Jika menginap di rumah orang lain pun anak tidurnya tidak nyenyak
karena malu dan sedikit tertekan.
Seorang anak dikatakan mengompol
apabila ia melakukan BAK (Buang Air Kecil) tidak pada tempatnya. Umumnya
terjadi ketika tidur pada malam hari, akan tetapi bisa juga pada siang hari.
Untuk kasus mengompol pada kondisi terjaga memang ada meskipun kejadiannya
jarang. Biasanya terjadi saat si kecil sedang asyik bermain, menonton TV,
ataupun sedang marah. Jika sedang bermain atau menonton TV, bisa
mengingatkannya saat jarak antara pipisnya sudah cukup lama. Sedangkan pada
kondisi marah, biasanya mengompol yang disengaja. Karena itu sebagai salah satu
bentuk protes sebagai penyebab kemarahannya
Biasanya
anak mengompol pada waktu tidur malam ketika anak tidak diajak dan dibiasakan
kencing buang air kecil (BAK) terlebih dahulu sebelum beranjak tidur. Dan juga
ketika anak banyak minum air baik itu air putih atau pun meminum susu sebelum
beranjak ke tempat tidur untuk beristirahat. Tips atasi kebiasaan mengompol
anak juga perlu kita lakukan dengan cara yang bijaksana. Karena ini adalah
bagian dari pendidikan untuk
anak juga.
Menurut
penelitian, gejala ngompol terjadi pada 1 dari 3 anak berusia 4 tahun dengan
jumlah paling banyak adalah anak laki-laki. Ngompol juga lumrah dialami oleh
anak-anak usia pra sekolah, karenanya masih ada 10 persen dari jumlah anak-anak
usia 6 tahun yang masih belum dapat lepas dari kebiasaan ngompol.
B.
Jenis
yang Anak-anak Mengompol
Sebenarnya ada dua kelompok yang
membedakan mengompol di sini, yaitu: mengompol yang terus menerus, maupun yang
dulunya sudah tidak mengompol tetapi tiba-tiba mengompol lagi. Di sini perlu diperhatikan
di kelompok manakah anak termasuk di dalamnya, karena penyebab dan penanganannya
tentu saja berbeda. Jenis mengompol:
1. Mengompol
yang terus menerus
Mengompol di sini timbul semenjak lahir berkelanjutan sampai dengan anak berusia di atas 4 tahun. Mengompol di sini lebih banyak disebabkan telambatnya mekanisme kontrol buang air kecil dan juga disebabkan oleh kegagalan maupun ketidak konsistenan orang tua dalam melatih kemampuan anak dalam menahan dan membuang air kecil. Berdasarkan kasus-kasus yang ada adalah:
Mengompol di sini timbul semenjak lahir berkelanjutan sampai dengan anak berusia di atas 4 tahun. Mengompol di sini lebih banyak disebabkan telambatnya mekanisme kontrol buang air kecil dan juga disebabkan oleh kegagalan maupun ketidak konsistenan orang tua dalam melatih kemampuan anak dalam menahan dan membuang air kecil. Berdasarkan kasus-kasus yang ada adalah:
a. Kadang
kala orang tua tidak tega membangunkan anaknya di malam hari, karena takut anak
terkurangi waktu tidurnya.
b. Orang tua terlalu lama membiasakan anak
memakai pampers sehingga anak mempunyai pola kalau kepingin buang air
kecil , langsung aja kencing di pampers . Dalam hal ini anak akan tidak
terlatih untuk menahan air seninya, dan juga tidak terlatih untuk
mengkomunikasikan keinginan untuk buang air kecil kepada bunda atau orang
dewasa lain.
c. Orang tua atau orang dewasa kurang sabar dan kurang konsisten melatih, sehingga anak mendapat pemahaman bahwa latihan ini sebenarnya tidak diperlukan, dan anak berlatih mengambil yang paling gampang dilakukan. dll.
c. Orang tua atau orang dewasa kurang sabar dan kurang konsisten melatih, sehingga anak mendapat pemahaman bahwa latihan ini sebenarnya tidak diperlukan, dan anak berlatih mengambil yang paling gampang dilakukan. dll.
2. Mengompol tidak berlangsung terus menerus.
Mengompol muncul lagi setelah anak mampu tidak mengompol minimal selama 3 bulan. Mengompol dalam klasifikasi ini sering disebabkan oleh adanya stress atau krisis emosional yang menyebabkan anak merasa cemas. Penyebab bisa bermacam-macam, misalnya:
Mengompol muncul lagi setelah anak mampu tidak mengompol minimal selama 3 bulan. Mengompol dalam klasifikasi ini sering disebabkan oleh adanya stress atau krisis emosional yang menyebabkan anak merasa cemas. Penyebab bisa bermacam-macam, misalnya:
a. Kelahiran adik. dalam hal ini anak merasa
tersisihkan, sudah tidak disayang lagi, tidak ada perhatian lagi dari orang tua
, dll
b. Sakit, anak merasa tidak nyaman .
c. Pindah rumah, di sini biasanya anak merasa
kehilangan teman-teman lamanya, dsb.
d. Masuk sekolah, merasa tidak bebas, dahulu di
rumah menjadi pusat perhatian dan cenderung apa keinginannya dituruti sekarang
ada aturan , juga merasa tidak aman karena ada teman yang baik atau yang tidak
baik, dll.
e. Konflik,
baik dengan saudara, teman, orang tua atau orang lain yang mengganggu emosi
anak.
f. Masalah di anatara orang tua, anak merasa
tidak aman karena pertengkaran orang tua , dll
g. dan
faktor lainnya
C.
Faktor-faktor
Penyebab Mengompol Pada Anak
Bersumber dari buku
Memahami dan Mengatasi Masalah anak, disebutkan ada beberapa :
1. Beberapa
anak-anak berkembang lebih lambat. Kemampuan mengendalikan kandung kemih
melibatkan jalur-jalur saraf yang rumit antar otak dan kandung kemih.
Jalur-jalur saraf itu cenderung berkembang sempurna pada akhir tahun ketiga
kehidupannya. Akan tetapi, pada sebagian anak itu memerlukan waktu lebih lama.
Bila itu terjadi, ternyata biasanya anggota-anggota lain di dalam keluarganya
juga lambat perkembangannya (faktor keturunan
2. Pada
anak yang lain, bila mengalami tekannan pada saat belajar mengendalikan kandung
kemih proses belajarnya bisa terganggu. Ini seperti yang terjadi pada orang
dewasa yang adakalanya tidak dapat mempelajari sesuatu karena sedang merasa
cemas memikirkan sesuatu yang lain
3. Suatu
kelompok anak lain berhasil mengembangkan dengan memuaskan kemampuan
mengendalikan kandung kemih pada malam hari, tetapi kemudian kehilangan
kemampuan itu. Mereka kembali mengompol, baik kadang-kadang ataupun teratur.
Mereka yang mengompol satu dua kali biasanya di sebabkan oleh kecemasan yang
tiba-tiba datangnya, misalnya mulai masuk sekolah atau kejadian yang penting
lainnya. Anak yang kemudian ngompol secara teratur kembali setelah berhasil
mengendalikan dirinya sering disebut mundur (regressed). Lebih sering perilaku
ini disebabkan oleh suatu tekanan hebat dalam hidupnya. Ini mungkin berhubungan
dengan sekolah ataupun keluarga
4. Meskipun
sangat jarang ada anak yang menompol disebabkan oleh gangguan fisik tertentu,
seperti infeksi saluran kencing. Hampir selalu, bila ada alasan medis bagi
kebiasaan ngompol ini, maka aka nada gejala gangguan kesehatan lainnya misalnya
naiknya suhu badan
Sedangkan
menurut majalah ayah bunda edisi November 2013 penyebab anak ngompol
diantaranya:
- Gejala
penyakit misalnya infeksi pada saluran kencing dan gangguan sistem saraf
akibat tekanan psikologis.
- Ada
masalah pada kandung kemihnya yang menyebabkan anak harus buang air kecil
lebih sering, walaupun hanya sedikit urine saja atau sebelum kandung
kemihnya penuh.
- Anak
belum siap secara fisik karena sistem tubuhnya belum sempurna. Anak belum
mampu menahan air kencing di kandung kemih, tidak menyadari kebutuhan
buang air kecil, bangun dari tidur dan pergi ke kamar mandi.
- Anak
belum terbiasa pergi ke toilet sendiri karena biasanya selalu dibantu oleh
orang tua dan pengasuhnya dalam hal melepaskan dan mengenakan pakaian.
- Faktor
keturunan dari orang tuanya.
- Anak
tidak berani menyampaikan keinginan kepada gurunya bahwa ia mau
menggunakan toilet di sekolahnya.
- Letak
kamar kecil atau toilet terletak jauh dari kelas anak, gelap dan terpencil
sehingga anak merasa takut pergi sendirian.
- Toilet
sekolah berbeda dengan toilet di rumah dan anak tidak merasa nyaman dengan
model WC (jongkok atau duduk).
- Anak
merasa cemas dan tidak aman, misalnya saja karena ditinggal cuti pengasuhnya,
kelahiran adik baru, atau pindah ke rumah baru.
- Kebersihan
toilet di sekolah yang digunakan oleh banyak orang tidak sebersih toilet
di rumah, menyebabkan anak enggan untuk menggunakan toilet di sekolah.
D. Cara
Mengtasi Anak yang Mengompol
a.
TOILET TRAINING PADA ANAK
Toilet training
adalah latihan buang air besar dan buang air kecil yang diberikan pada
anak perempuan mulai usia 18 bulan ( atau lebih cepat 24 ) sampai
usia 3 tahun ( atau
5 tahun pada yang termasuk terlambat (delayed toilet training ), yang bertujuan
melatih anak buang air besar dan buang air kecil yang baik bersih dan benar seperti
cara cebok yakni dari depan ke belakang, dan secara luas termasuk kontrol buang
air besar dan buang air kecil yang baik.
Hal yang
menyebalkan sekaligus menggemaskan buat orang tua adalah pada saat buah hatinya
buang air kecil (BAK) atau buang air besar (BAB) di lantai yang sudah bersih.
Kalau bukan sayang kepada sang buah hati ini, tentu saja cacian dan marahan
bakal terlontar dari mulut orang tua yang mendapati anaknya sedang BAK dan BAB
disembarang tempat. Salah satu cara menyiasati agar anak tidak BAK dan BAB
disembarang tempat adalah dengan mengajarkan toilet training sedini mungkin
pada si kecil. Buang air besar (BAB) dan air kecil (BAK) bukanlah suatu masalah
besar, namun bagi anak balita, mandiri untuk bisa BAB dan BAK hal yang patut
diacungi jempol. Minimal, anak bisa memberi tanda-tanda saat akan BAK atau BAB.
Bagaimana melatih kemandirian anak untuk bisa BAB atau BAK.
Waktu yang
tepat untuk dimulainya toilet training pada anak adalah pada saat anak mulai
berusia
2 bulan, adapun
tanda-tanda yang diberikan oleh anak saat ia sudah siap melakukan toilet
training adalah :
1.
Tidak mengompol
beberapa jam sehari, atau bila ia berhasil bangun tidur tanpa mengompol sedikit
pun
2.
Waktu buang
airnya sudah bisa diperkirakan
3.
Sudah bisa
memberitahu bila celana atau popok sekali pakainya sudah kotor ataupun basah.
4.
Tertarik dengan
kebiasaan masuk ke dalam toilet, seperti kebiasaan orang-orang lain di dalam
rumahnya
5.
Minta untuk
diajari menggunakan toilet.
b.
Tahapan Toilet Training
Mengajarkan
toilet training memerlukan beberapa tahapan:
1.
Biasakan
menggunakan toilet pada buah hati untuk buang air.
Mulailah dengan membiasakan anak masuk ke dalam WC. Latih si kecil untuk duduk di toilet meski dengan pakaian lengkap. saat si kecil sedang membiasakan diri di toilet, Anda dapat menjelaskan kegunaan toilet. Agar si kecil tidak takut di toilet, orang tua dapat menemaninya sambil membacakan buku atau menyanyikan lagu kesayangannya.
Mulailah dengan membiasakan anak masuk ke dalam WC. Latih si kecil untuk duduk di toilet meski dengan pakaian lengkap. saat si kecil sedang membiasakan diri di toilet, Anda dapat menjelaskan kegunaan toilet. Agar si kecil tidak takut di toilet, orang tua dapat menemaninya sambil membacakan buku atau menyanyikan lagu kesayangannya.
2.
Lakukan secara
rutin pada si kecil ketika terlihat ingin buang air.
Sejak si kecil terbiasa dengan toiletnya, ajaklah ia untuk menggunakannya. Biarkan ia duduk di toilet pada waktu-waktu tertentu setiap hari, terutama 20 menit setelah bangun tidur dan seusai makan. Bila pada waktu-waktu itu, si kecil sudah duduk di toilet namun tidak ingin buang air, ajak ia segera keluar dari toilet. Bila sekali-sekali ia mengompol, itu merupakan hal yang normal. Ibu juga tak perlu khawatir dan memaksanya bila si kecil kadang-kadang mogok dan tak mau ke toilet.
Sejak si kecil terbiasa dengan toiletnya, ajaklah ia untuk menggunakannya. Biarkan ia duduk di toilet pada waktu-waktu tertentu setiap hari, terutama 20 menit setelah bangun tidur dan seusai makan. Bila pada waktu-waktu itu, si kecil sudah duduk di toilet namun tidak ingin buang air, ajak ia segera keluar dari toilet. Bila sekali-sekali ia mengompol, itu merupakan hal yang normal. Ibu juga tak perlu khawatir dan memaksanya bila si kecil kadang-kadang mogok dan tak mau ke toilet.
3.
Pujilah bila ia
berhasil, meskipun kemajuannya tidak secepat yang anda inginkan. Bila si anak
mengalami kecelakaan segera bersihkan dan jangan menyalahkannya. Jadilah model
yang baik, agar si kecil lebih mudah mengerti. Contohkan padanya bagaimana
menggunakan toilet sehari-hari.Jika anak mengalami stress saat dikenalkan
toilet training, malah akan mempersulit waktu belajarnya. Perlu diingat juga, orang
tua tidak dapat mengontrol kapan dan dimana anak akan membuang hajatnya,
kecuali si anak sendiri.
BAB
III
PEMBAHASAN
A. Analisis
Dalam kasus yang saya angkat pada maslah ini anak
yang saya amati adalah seorang anak bernama Ilyas Surya Putra. Lahir pada
tanggal 19 juni 2009, saat ini usianya 4 tahun 6 bulan. Ia bersekolah di Taman
Kanak-kanak al- Falah Bontang. Yayas begitu sapaan panggilan dari ilyas
merupakan anak pertama dari pasangan Ahmad Munir dan Wijayanti. Ayahnya tidak
bekerja (dirumah) mengurusi yayas dan mengurusi rumah, sementara ibunya
Wijayanti bekerja sebagai pegawai negri sipil di kantor kelurahan Bontang
Utara.
Dalam mendidik yayas kedua orang tua nampak acuh tak
acuh terhadap perkembangannya. Memang disini statusnya yayas bukan keturanan
dari mereka berdua. makanya mereka tampak agak cuek tetapi mereka tetap menyayangi
yayas dengan sepenuh hati. Dari kecil ia memang dibiasakan pakai pampers oleh
orang tuanya. Karena kebiasaan memakai pampers saat kehabisan stok dan dicoba
untuk tidak memakai pampers ia sering mengompol di celananya baik di saat main,
saat tidur siang mapun malam dan saat di sekolah juga.
B. Sintesis
Dari hasil Pengumpulan data dapat di tarik
kesimpulan sementara bahwa yayas menjadi anak yang suka mengompol, atau buang
air kecil dicelana karena kebiasaannya menggunakan pampers.
C. Diagnosis
Diduga apa yang menyebabkan yayas menjadi sering
mengompol atau buang air kecil dicelana karena ia tidak pernah dilatih oleh
kedua orang tuannya untuk buang air pada tempatnya dan kebiasaan orang tuanya
memakainya pampers. Sehingga yayas menjadi sering mengmpol bukan karena ia
memilki gangguan kesehatan pada kandung kemihnya.
D. Prognosis dan Treatment
Langkah awal yang diambil penulis adalah dengan
mengajak ngobrol orang tua. Pada say hari sabtu dan minggu ibunya tidak
bekerja. Dengan sangat hati-hati dalam berbicara agar ibunya tidak tersinggung.
Keesokan harinya ayahnya mulai membiasakan untuk melepas pampersnya. Berapa jam
kemudian iya masih mengompol dicelana karena belum terbiasa tidak menggunakan
pampers.
Karena kebetulan rumah saya tidak terlalu jauh
dengan rumahnya dan masih ada hubungan saudara. Saya dan ayahnya mencoba untuk
melakukan training toilet kepadanya
Ø Pertama-tama
Mengajaknya
ke kamar mandi setiap 2 jam sekali disela-sela bermain
Ø Kedua
Memberi
simulasi agar ia mau mengkomunikasikan jika ia ingin buang air kecil
Ø Ketiga
Mengajaknya
ke kamar mandi untuk pipis sebelum tertidur sinag setelah ia menghabiskan satu
botol susu
Minggu
kedua ia masih mengompol tapi dengan frekuensi yang berkurang hanya pada say
tidur saja ia masih mengompol. Tetapi ayahnya tetap mentreatment yayas agar
tidak mengompol saat tidur. Jadi point yang masih diterapkan adalah
Ø Membangunkan
ketika 4 jam setelah tidur pada malam hari
Ayahnya
tetap konsisten dalam 1 minggu ini menerapkan treatment terhadap yayas, dan
minggu ini ketiga yayas sudah mampu untuk mengkomunikasikan walapun kadang saat
malam hari masih mengompol jika tidak di bangunkan untuk ke kamar mandi dan
saat keasikan bermain masih mengompol karena malas untuk kekamar mandi.
BAB
IV
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Kasus yang diamati dalam makalah ini dapat
disimpulkan bahwa penyebab anak suka mengompol dapat dikarenakan banyak hal
anak memang di biasakan pakai pampers, anak yang memang takut dengan kamar
mandi, terlambat untuk mengajarkan toilet traning pada anak dan lain-lain .
B.
Saran
Dalam menghadapi kasus anak yang suak
mengompol hendaknya dilihat terlebih dahulu apa penyebabnya, dan yang paling
penting adalah tindakan dari orang tua untuk mengajarkan sedini mungkin tentang
toilet traning pada anak usia dini.
Daftar
Pustaka
Bryan Lask. 1991.
Memahami dan Mengatasi Masalah Anak Anda. Gramedia Pustaka : Jakarta.
http://klinikpengobatanalami.wordpress.com/2013/07/03/ramuan-alami-untuk-mengatasi-kebiasaan-ngompol-pada-anak/
http://nurrahmiar.blogspot.com/2013/04/stimulasi-pada-tumbang-anak.html
Michelle Kennedy.2004.
Bila Anak Berperilaku Buruk. PT. Penerbit Erlangga. Jakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar