Selasa, 10 Desember 2013

laporan observasi anak agresif



Laporan observasi
ANAK YANG AGRESIF



DI SUSUN OLEH :
DESY WULANDARI
1105125027



FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDDIKAN
UNIVERSITAS MULAWARMAN
SAMARINDA
2013



BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
penanganan untuk anak yang mengalami gangguan emosi dan perilaku menjadi suatu tantangan tersendiri bagi penyelenggara pendidikan mengingat karakteristik dan kebutuhan anak yang berbeda-beda. Yaitu “anak yang secara kronis dan mencolok berinteraksi dengan lingkungannya dengan cara yang secara sosial tidak dapat diterima atau pun secara pribadi tidak menyenangkan, tetapi masih dapat diajar untuk bersikap yang secara sosial dapat diterima, Anak yang mengalami gangguan emosi dan perilaku (children with emotional and behavior disorder) atau anak tunalaras adalah anak-anak yang kesulitan dalam beradaptasi dan bersosialisasi dalam masyarakat yang disebabkan oleh rendahnya kemampuan dalam hal mengatur emosi dan perilaku. Berdasarkan teori Kauffman (Sunardi, 2010: 10), “prevalensi secara umum mengenai anak yang berperilaku menyimpang terdapat berkisar lima hingga 20 persen atau bahkan lebih dari populasi anak di sekolah”. Dengan demikian, tidak menutup kemungkinan akan keberadaan anak dengan perilaku menyimpang terdapat juga di sekolah-sekolah umum yang tidak hanya terpusat di sekolah luar biasa. Perilaku menyimpang pada batas-batas yang wajar pada seorang anak masih dapat ditolerir atau diabaikan, namun apabila sudah menjurus dapat merugikan dirinya dan orang lain perlu ditangani secara sunguh-sungguh, karena dapat berakibat lebih fatal.
Anak agresif masuk dalam klasifikasi anak dengan gangguan emosi dan perilaku. Anak agresif pada umumnya merupakan anak yang sering melakukan pelanggaran norma atau kebiasaan pada umumnya, dengan intensitas kejadiannya melebihi kewajaran anak seusianya. Anak-anak tersebut cenderung menunjukkan prasangka permusuhan. Bahkan terhadap beberapa stimulus kadang anak agresif sering mengartikannya sebagai tanda permusuhan dan meresponnya dengan tindakan yang agresif dan merusak. Anak beranggapan bahwa dengan perilaku agresif akan mampu menyelesaikan permasalahan sosial dan mendapatkan apa yang diinginkan.
B.     Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dipaparkan di atas maka peneliti merumuskan masalah sebegai berikut : apa yang dimaksud dengan anak yang agresif dan bagaimana penanganan yang harus dilakukan ?
C.    Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan anak yang agresif dan bagaimana penanganan yang harus dilakukan.
D.    Manfaat Penulisan
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah:
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini bermanfaat bagi keilmuan Pendidikan anak usia dini sebagai informasi dan gambaran untuk mengetahui ekspresi anak agresif yang dapat dijadikan acuan dalam penyusunan program penanganan anak agresif.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Siswa
Dapat membantu siswa untuk mengenal emosinya sehingga akan lebih memudahkan anak untuk mengelola emosi yang dirasakan serta mengajarkan anak untuk memahami ekspresi emosi yang ditunjukkan oleh orang lain. Dengan ekspresi emosi anak yang semakin tertata maka perlahan perilaku agresif anak akan berkurang.
b. Bagi Pihak Sekolah
Hasil penelitian dapat dijadikan acuan untuk penyusunan treatmen penanganan untuk anak di sekolah. Karena pemetaan tentang ekspresi emosi anak dapat digunakan untuk mengetahui posisi anak dalam tingkat tugas perkembangan emosinya. Dengan demikian setelah anak diketahui keberadaannya dalam tugas perkembangan emosi, treatmen penanganan anak dapat disusun sesuai dengan tugas perkembangannya.


BAB II
DASAR TEORI
1.      Pengertian agresif
Agresif berarti cenderung (ingin) menyerang kepada sesuatu yang di pandang sebagai hal yang mengecewakan, menghalangi atau menghambat. (KBBI: 1995:12). Perilaku ini dapat membahayakan anak atau orang lain misalnya, menusukkan pensil yang runcing ke tangan temannya atau mengayun-ayunkan tasnya sehingga mengenai orang yang berada disekitarnya.
Kata agresif berasal dari bahasa latin yaitu “agredi” yang berarti menyerang atau bergerak kedepan dalam psikologi agresif mengandung dua makna yakni yang baik (good sense) dan yang buruk (bad sense). Agresi dalam makna baik merupakan tindakan untuk meraih kesuksesan meskipun dihadangoleh berbagai rintangan misalnya ingin memperoleh perhatian dari lingkungan, menyatakan suatu kemauan dll. Sedangkan agresi dalam makna buruk merupakan agresi benci, yaitu agresi yang dilakukan semata-mata sebagai pelampiasan keinginan untuk menyakiti atau melakukan tindakan tanpa tujuan selain untuk menimbulkan efek kerusakan atau kesakitan pada korban (Nurlaela, 2003:19).
Poerdarmita (1995:91) memberikan pengertian perilaku agresif sebagai suatu perbuatan menyerang.
Kartono (1991:42) menyatakan bahwa perilaku agresif adalah perilaku yang yang dilakukan seseorang dapat berbentuk kemarahan yang meluap-luap, tindakan yang sewenang-wenang , penyergapan, kecaman, wujud perbuatan yang dapat menimbulkan penderitaan dan kesakitan pada orang lain.
Berdasarkan pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa perilaku agresif anak adalah perilaku negative yang dilakukan oleh anak yang dapat mengganggu, menyakiti  dan merugikan orang lain maupun benda-benda disekitar. Perilaku yang negative tersebut dapat berupa perkataan (mengejek, mengolok,menghina dan berbicara kasar) dan perbuatan ( berkelahi, mengganggu, merusak, menendang, memukul, dll).
2.      Bentuk-bentuk perilaku agresif
Bentuk perilaku agresif memiliki karakteristik yang sangat beragam, dari yang ringan hingga yang berat, dan biasanya dapat dinyatakan secara perkataan (verbal) dan perbuatan (non verbal). (haerudin, 2002:30-31).
Perilaku agresif secara verbal memiliki cirri-ciri, antara lain adanya penggunaan bahasa kasar, sering bertengkar mulut, mengkritik dengan pedas, menghina dan memanggil orang lain dengan nama yang tidak disukai orang lain. Sedangkan cirri-ciri perilaku agresif secara fisik atau non verbal antara lain menggigit, mendominasi, berkelahi, memukul serta perilaku destruktif lain yang mengganggu kesenangan dan ketenangan orang lain.
Bentuk-bentuk perilaku agresif di kelompokkan ke dalam beberapa kecenderungan perilaku agresif, yang meliputi :
a.       Kecenderungan untuk menonjolkan atau membenarkan diri (self-asertion), seperi: menyombongkan diri dan memojokkan orang lain.
b.      Kecenderungan untuk menuntut meskipun bukan miliknya (possession), seperti merampas barang kepunyaannya bila diambil orang lain dan suka menyembunyaikannya dari orang lain.
c.       Kecenderungan untuk menganggu (teasing) seperti mengejek orang lain dengan kata-kata yang kejam, menyembunyikan barang milik orang lain dan menyakiti orang lain.
d.      Kecenderungan untuk mendominasi (dominance) seperti tidak mau ditentang baik pendapat atau perintahnya dan suka menguasai orang lain.
e.       Kecenderungan untuk menggertak (bullying) seperti memandang orang lain engan benci.
f.       Kecenderungan untuk menunjukkan permusuhan secara terbuka ( open hostility) seperti bertengkar berkelahi dan mencaci maki.
g.      Kecenderungan untuk berlaku kejam dan suka merusak (violence & destruction) seperti menentang disiplin dan melukai orang lain secara fisik.
h.      Kecenderungan untuk menaruh rasa dendam (revenge) seperti melukai dengan kata-kata.
Menurut (Handayani:2000) Bentuk-bentuk perilaku agresif yang sering ditunjukkan oleh anak, yaitu :
1.      Penyergapan secara fisik seperti mencubit dan memukul
2.      Penyerangan dengan menggunakan benda misalnya memukul dengan buku.
3.      Penyerangan dalam bentuk verbal misalnya mengejek dan menghina.
4.      Pelanggaran hak milik misalnya mengambil secara paksa barang yang bukan miliknya.
3.      faktor-faktor penyebab perilaku agresif pada anak
1. factor keluarga
Beberapa factor keluarga yang dapat menyebabkan perilaku agresif anak, antara lain :
a.       Pola asuh orang tua yang menerapkan disiplin dengan tidak konsisten.
b.      Sikap pesimis orang tua.
c.       Sikap orang tua yang keras dan penuh tuntutan.
d.      Gagal memberikan hukuman yang tepat.
e.       Memberi hadiah kepada perilaku agresif atau memberikan hukuman untuk perilaku prososial.
f.       Kurang memonitor dimana anak berada.
g.      Kurang memberikan aturan.
h.      Tingkat komunikasi verbal yang rendah antara orang tua dan anak.
i.        Gagal menjadi model yang baik dalam membiasakan perilaku prososial dan keterampilan memecahkan masalah.
j.        Orang tua yang depresif yang mudah marah.
         2. factor sekolah
Beberapa anak sudah mulai mengalami masalah emosi atau perilaku sebelum mereka mulai masuk sekolah. Sedangkan anak yang lainnya mulai menunjukkan perilaku agresif ketika mulai bersekolah. Temperamen anak dan kompetensi social yang dimilikinya bersama dengan perilaku teman-teman serta guru dapat berperan dalam munculnya masalah emosi dan perilaku. Kondisi yang dialami anak dengan masalah emosi dan perilaku dapat menjadi berbahaya jika anak yang menampilkan perilaku agresif di tolak oleh lingkungannya. Hal ini akan membuat anak merasa tidak nyaman dan akhirnya makin menampilkan perilaku yang agresif.
Dapat saja terjadi guru dan teman sebaya merupakan model dari perilaku agresif dan anak mencontoh perilaku tersebut.
3.Faktor budaya
            Berbagai pengaruh budaya yang spesifik mempengaruhi lui tingkat kekerasan yang ditampilkan di media, terutama televisi.
Beberapa akibat penayangan kekerasan di media yaitu sebagai berikut :
a. Mengajari anak dengan tipe perilaku agresif dan ide umum bahwa segala masalah dapat diatasi dengan perilaku agresif.
b.Anak menyaksikan bahwa kekerasan bisa mematahkan rintangan terhadap kekerasan dan perilaku agresif, sehingga perilaku agresif tampak lumrah dan bisa diterima.
c. Menjadi tidak sensitive dan terbiasa dengan kekerasan dan penderitaan.
Teman sebaya juga merupkan sumber yang paling mempengaruhi anak. Ini merupakan factor yang paling mngkin terjadi ketika perilaku agresif dilakukan secara berkelompok. Ada teman yang mempengaruhi mereka agar melakukan tindakan-tindakan agresif terhadap anak lain. biasanya ada ketua kelompok yang dianggap sebagai yang jagoan, sehingga perkataan dan kemauannya selalu diikuti oleh teman-temannya. 




BAB III
PEMBAHASAN
A.    Analisis

Nama : Rama Apriansyah
Kelas : TK B
Usia : 4 tahun 9 bulan
Anak ke : 1 (pertama)
Alamat : jln. Ks. Tubun dalam

Nama orang tua
Ibu : yanti oktavia
Ayah : apriansyah
Alamat : jln. Ks. Tubun dalam

Pekerjaan orang tua
Ibu : ibu rumah tangga
Ayah : wiraswasta

B.     Sintesis
Menurut hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti, peneliti menyimpulkan bahwa rama adalah anak yang agresif. Hampir setiap hari subjek berperilaku yang merugikan dan membahayakan keselamatan orang lain. Anak tersebut sulit membedakan maksud dari candaan teman sebayanya. Jika anak sudah mulai terusik maka ia akan langsung membalas usikkan temannya dengan balasan yang lebih, seperti memukul dengan keras ataupun melempar sesuatu yang ke arah temannya dengan benda terdekat darinya dan tak jarang ia menggunakan batu atau pun benda keras lainnya untuk mengekspresikan amarahnya.
Saat pembelajaran di kelas, perilaku anak sulit untuk dikondisikan, banyak aktivitas anak yang tidak mendukung pembelajaran seperti membantah, memukul dan mengganggu, tidak mengerjakan tugas, tidak bisa duduk diam di kursinya, keluar kelas serta sulit diajak berkomunikasi terkait pembelajaran akademik di kelas, di mana anak dalam belajarnya cenderung kurang memiliki kepatuhan terhadap aturan atau norma yang mengatur interaksi antara anak sebagai seorang yang sedang belajar dengan bahan belajar (guru dan sebagainya), sehingga proses belajarnya sendiri tidak akan berlangsung secara optimal.
C.    Diagnosis
Anak memiliki perilaku sosial yang kurang dapat diterima oleh lingkungannya, hal ini dikarenakan perilaku agresif yang ditunjukan anak memiliki kualitas dan kuantitas yang tinggi. Anak merasa puas melakukan tindakan kasar tertentu untuk mencapai keinginan. Pendidik dapat segera mengidentifikasi dan menindaklanjuti secara serius perilaku anak agresif. Berdasarkan hasil penelitian terhadap kasus ini, peneliti menemukan pemicu perilaku agresif anak usia TK B (4-5 tahun). Perilaku agresif pada kasus disebabkan oleh beberapa faktor seperti :karna anak mengalami, akibat tindakan-tindakan agresif yang dilakukan orang tua kepada anak, frustasi terhadap tindakan agresif ayah, sikap ibu yang terlalu over protective , proses belajar mengajar guru di TK, serta social modeling.
D.    Prognosis
Berdasarkan diagnosis diatas langkah awal yang harus dilakukan adalah :
·         Pola asuh orang tua kepada anak, akan sangat mempengaruhi perilaku anak di “dunia luar” Karena seorang anak akan sangat merindukan suasana rumah yang bahagia untuknya bisa bertumbuh secara fisik maupun mental. Oleh karena itu, pola asuh yang baik dan benar akan sangat dibutuhkan oleh sang anak. Bila suasana rumah, atau tempat orang tua mengasuh anak, tidak mendukung, maka hal ini bisa memicu sifat agresif anak. Sikap agresif anak pertama-tama disebabkan oleh adanya hal-hal yang dirindukan sang anak, namun sang anak tidak bisa mendapatkannya. Amarah yang “tidak terkendali” karena sifat yang masih kekanak-kanakan atau kedewasaan yang belum matang, bisa menyebabkan anak menjadi agresif. Biasanya sifat seperti ini disebabkan oleh keadaan rumah yang terlalu “kering” bagi sang anak. Sang anak merasa tidak mendapatkan perhatian dan kasih sayang yang cukup dari kedua orang tuanya.
·         Pengawasan  Khusus, Apa  pun  yang  dia  lakukan adalah  untuk mencari  perhatian dari orang tua  teman-temannya dan dari  guru. Dalam  hal ini,  maka harus  ada seorang guru  yang dekat padanya.  Maka dibutuhkan suatu  pendekatan yang intens  kepada anak  didik  yang seperti ini, agar guru  tersebut  bisa  memberikan “kebutuhan”  anak yang agesif  ini. Kedekatan antara guru dan anak didik, juga berguna agar guru bisa memberikan nasihat  kepada anak ini dengan cara  yang  lembut. Dalam hal ini  perlu adanya komunikasi yang baik  antara guru dan orang tua.
·         Mencari  Pengebab  Utamanya, Mencari  penyebab  utama  juga  sangat  penting.  Anak  yang  agresif   bisa  dipengaruhi  oleh  beberapa faktor. Bisa  faktor psikis maupun psikologis. Faktor psikologis,  biasanya  berhubungan dengan kesiapan anak  masuk  sekolah, masalah  keluarga,  dan masih  banyak  lagi.  Bila  kita  sudah  tahu  apa  penyebabnya,  biasanya  hal  ini  akan memudahkan dalam menanganinya.
·         Perlunya Program Parenting  Di Sekolah, Pengenalan program parenting  di sekolah juga sangat  penting. Biasanya  hal ini akan sangat berguna agar para guru dan orang tua semakin tahu perkembangan kejiwaaan seorang anak, semakin mengenal  kebutuhan-kebutuhan anak usia dini, bisa mengatasi  masalah-masalah  yang  sering  terjadi  di  sekolah dengan lebih bijaksana,  dan menyatukan pemahaman guru  dan orang tua dalam mendidik  anak. Biasanya,  setelah  ada kegiatan  parenting (dalam bentuk   seminar,  atau  training)  di sekolah yang  menghadirkan guru dan orang tua, komunikasi antara guru  dan orang  tua  akan terjalin lebih  baik.

E.     Treatment
Perilaku agresif yang dilakukan seorang anak perlu ditangani secara serius, agar tidak berdampak terhadap perkembangan kepribadian anak. Pendidik harus menentukan dan menemukan tindakan-tindakan yang efektif guna mengatasi perilaku agresif anak.
Penanganan terhadap masalah perilaku agresif harus dilakukan secara menyeluruh, artinya semua pihak harus terlibat termasuk guru, orang tua dan lingkungan sekitarnya. Terhadap anak yang menampilkan perilaku yang agresif, biasanya dikenakan hukuman akibat perilaku yang ia kerjakan. Tapi jika hukuman yang diberikan tidak secara konsisten atau tertunda maka hukuman tersebut tidak akan menyelesaikan masalah justru akan meningkatkan perilaku agresif.
Jika memang anak harus dihukum, pendidik bisa memberikan hukuman lain tanpa menggunakan kekerasan atau pukulan. hukuman yang diberikan dengan syarat hukuman tersebut harus bisa dipertanggung jawabkan dan tidak boleh sewenang-wenang, harus bersifat memperbaiki, tidak boleh bersifat ancaman atau balas dendam, jangan menghukum dalam keadaan marah, jangan melakukan hukuman badan, hukuman tidak boleh merusak hubungan baik antara si pendidik dan yang di didik serta harus adanya kesanggupan untuk memberi maaf jika anak telah menyesali perbuatannya.
Dalam lingkungan keluarga berilah anak salah satu bentuk penguatan positif seperti perhatian dan pujian untuk perilaku yang positif agar meningkatkan perilaku yang baik kepada seorang anak,dan pengarahan kepada perilaku yang agresif,  penerapan disiplin yang konsisten, memantau kegiatan anak selama berada diluar, memberikan model kepada anak agar tidak berperilaku agresif juga, memperbanyak komunikasi dengan anak. Perlu juga diperhatikan saat anak menonton televisi harus dalam pengawasan.
Dalam lingkungan sekolah guru menampilkan tingkah laku positif sebagai model bagi anak dengan tidak menampilkan perilaku agresif juga misalnya marah atau balas membentak ketika menghadapi anak yang agresif. Biasanya agresif anak muncul karena tidak mampu menyelesaikan suatu tugas. Untuk itu, bantu anak untuk berhasil dalam menyelesaikan tugasnya. Jika kemungkinkan dan dirasakan perlu bawalah anak ke psikolog agar dapat diketahui penyebab dan penanganan perilakunya secara menyeluruh.
Perlunya  konselor  dan pendidikan karakter  yang baik. Bila saya  amati,  beberapa sekolah anak usia dini tidak memiliki seorang  konselor. Seorang  konselor biasanya adalah seseorang  yang memiliki dasar pendidikan psikologi. Keberadaan seorang  konselor sangat penting di sebuah sekolah  untuk mengatasi  masalah  yang terjadi  di  sekolah   atau  yang  berhubungan dengan kepribadian anak. Kewajiban seorang konselor juga  tidak lepas dari  pendidikan  karakter,  misalnya dengan mengajarkan sopan santun kepada anak,  mengajarkan nilai  moral kepada anak, dan masih banyak lagi. Dan yang tak kalah penting,  seorang konselor anak usia dini harus  tahu  mengajar anak-anak didiknya dengan cara  yang  menyenangkan. Misalnya dengan  lagu, dongeng, permaian, dan lain-lain. Sehingga anak tidak hanya sekedar bermain dan mendapatkan ilmu, namun  juga mendapatkan pendidikan  moral  yang  baik. Keberadaan seorang konselor,  juga bisa menjadi penengah  saat  ada masalah yang terjadi  di sekolah. Konselor bisa menjadi  penengah atau penjalin komunikasi  antara guru, orang tua,  anak didik,  dan kepala sekolah.





BAB IV
PENUTUP
  1. Kesimpulan
Perilaku agresif anak adalah perilaku negative yang dilakukan oleh anak yang dapat mengganggu, menyakiti  dan merugikan orang lain maupun benda-benda disekitar. Perilaku yang negative tersebut dapat berupa perkataan (mengejek, mengolok,menghina dan berbicara kasar) dan perbuatan ( berkelahi, mengganggu, merusak, menendang, memukul, dll).
Penanganan terhadap masalah perilaku agresif harus dilakukan secara menyeluruh, artinya semua pihak harus terlibat termasuk guru, orang tua dan lingkungan sekitarnya.

  1. Saran
Orang tua diharapkan dapat mengurangi bahkan menghilangkan pemberian hukuman kepada anak karena hukuman yang diberikan akan menjadi pemicu besar pembentukan perilaku agresi anak. Untuk mendisiplinkan anak tidak perlu memakai hukuman maupun kekerasan. Berilah anak salah satu bentuk penguatan positif seperti perhatian dan pujian untuk perilaku yang positif agar meningkatkan perilaku yang baik kepada seorang anak.





DAFTAR PUSTAKA

Poerwodarminto. W.J.S. (1995). Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai    Pustaka
Handayani, dkk. (2000). Hubungan Antara Intensitas Kekerasan Fisik dan Verbal yang Diterima Anak Dari Orang Tua dengan Kecenderungan Agresif Anak. Jurnal Psikologi, 5, 32-40.
sarwono, S.W. (1994). Psikologi social. Jakarta : Balai Pustaka
kartono, K. (1991). Patologi Sosial 3. Kenakalan Remaja. Jakarta:CV. Rajawali.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar